Rabu, 01 Agustus 2012

#6 #365harimenulis "Mahakarya 1976"



1976 ~

Mungkin orang-orang lebih berkutat pada gelaran pesta olimpiade musim panas di Montreal, Quebec, Canada. Mungkin juga orang-orang di Indonesia lagi senang-senangnya dengan kehadiran Timor Timur menjadi propinsi ke 27 dari negara Republik Indonesia. Atau mungkin orang-orang awam sedang gembira-gembiranya dengan kelahiran anak, mungkin yang pertama, kedua, ataupun ketiga dan seterusnya.

Tapi, mungkin orang-orang itu tidak mengetahui, bahwa ada sebuah mahakarya masterpiece yang dibuat oleh beberapa orang Indonesia yang sampai sekarang pun masih sangat dicari dan dihargai mahal karena alasan kelangkaanya. Ya, masterpiece yang saya maksud adalah album pertama dan terakhir dari sebuah band bernama Guruh Gipsy, dengan titel album yang juga berjudul sama yaitu Guruh Gipsy. Sebuah album yang baru sangat-sangat diperhatikan setelah beberapa tahun setelah perilisan perdananya. Tepatnya pada tahun 2007, RollingStones Indonesia memberikan predikat sebagai second best Indonesian album of all time. 

Tentu RollingStones Indonesia tidaklah hanya sekedar memberi predikat saja, tapi memang beberapa keindahan mahakarya ini benar-benar mencakup dari segala sisi untuk sebuah album legendaris band. Band yang sebenarnya ada kolaborasi dari seorang Guruh Soekarno Putra dengan band yang bernama Gipsy yang beranggotakan Chrisye, Roni Harahap, Keenan Nasution, Oding Nasution ini menggabungkan antara pola instrument Jawa dengan instrument khas Bali. 

Musical style dari Guruh Gipsy ini selain menggabungkan intrument Jawa dan Bali, juga memainkan style musik dari western yang menggunakan alat musik seperti piano, snythetizer dan juga permainan rock dari gitar elektrik dengan pola-pola musik tradisional. Ciri khas vocal orang-orang daerah Jawa dan Bali juga sangat kental terasa di beberapa track dalam album ini. Contohnya seperti dalam lagu Chopin Larung, suara vokalnya sangat kental sekali nuansa Jawa-nya, tetapi dengan penggabungan background musik dari Bali. Sungguh jenius sekali penggarapan musik Guruh Gipsy ini di saat band-band Indonesia seperti Bimbo maupun D'Lloyd masih menggunakan pola-pola musik yang sedang kekinian. Namun sebuah band bernama Guruh Gipsy ini sangat-sangat menampilkan musik yang benar-benar sangatlah berbeda. 

Kejeniusan dari Guruh Gipsy pun tidak hanya terpatok pada racikan musik yang disajikan, namun juga melalui media gambar. Seperti yang kita lihat dari artwork cover album mereka :






Artwork pada cover album Guruh Gipsy pun dibuat untuk menyampaikan seuatu makna. Dalam cover artwork ini, terdapat istilah "Dasabayu", terdiri dari 10 angka dari script Bali yang menyampaikan makna I - A berarti "peristiwa", A - Ka - Sa berarti "kekosongan", Ma - Ra berarti "baru", La - Wa yang berarti "kebenaran", dan Ya - Ung berarti "abadi", dan di bawahnya tertulis "Kesepakatan dalam Kepekatan".

(source: Wikipedia)




Track Listing :  

1. Indonesia Maharddhika


2. Chopin Larung


3. Barong Gundah

4. Janger 1897 Saka

 
5. Geger Gelgel

6. Smaradhana

 
7. Sekar Ginotan


 

Sekian, 

semoga orang-orang Indonesia masih bisa menghargai sebuah mahakarya dari negerinya sendiri, tidak melulu hanya menjunjung tinggi karya dari bangsa lain.


ps:

Guruh Gipsy, adalah salah satu musisi Indonesia favorit saya. Musik yang diciptakan dapat membawa saya merasakan benar keindahan-keindahan alam yang ada di Indonesia, khususnya Jawa dan Bali. 

Mari kita lestarikan budaya-budaya negara tercinta ini, mungkin bisa dimulai dengan yang paling kecil sekali yaitu menumbuhkan semangat Nasionalisme.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar