Sabtu, 04 Agustus 2012

#9 #365harimenulis "All Whales Go To Heaven"


Beberapa hari ini saya sering melihat di beberapa portal berita online, tentang banyaknya paus-paus yang terdampar di perairan Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Hiu Paus (disebut juga Hiu Tutul) yang baru-baru ini terdampar di perairan Pantai Baru, Pandansimo, Bantul, Yogyakarta, dan tidak lupa juga beberapa waktu yang lalu seekor Paus jenis Sperm Whale (Physeter macrocephalus) juga pernah terdampar di perairan Pantai Tanjung Pakis, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.


Sperm whale, sebagaimana ditulis situs National Oceanic and Atmospheric Administraion (NOAA), agen bidang kelautan dan atmosfer Amerika Serikat, adalah yang terbesar dari jenis odontocetes (paus bergigi). Paus ini bisa memiliki berat sampai 15 ton (betina) dan 45 ton (jantan). Adapun panjangnya bisa mencapai 11 meter (betina) dan 16 meter (jantan). Mayoritas sperm whaleberwarna abu-abu gelap meski beberapa paus memiliki bercak putih pada perut, dengan kepala sangat besar atau sekitar sepertiga dari panjang tubuh total. Siripnya berbentuk dayung dan relatif kecil dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Paus jenis ini menghabiskan sebagian besar waktunya di perairan dalam. 

Sungguh yang sangat saya sayangkan adalah paus-paus yang terdampar di perairan Indonesia beberapa waktu lalu tersebut sekarang sudah menjadi bangkai - mati - tak bernyawa. Saya tidak mengkritik kinerja para tim evakuasi yang mencoba menolong paus yang terdampar tersebut, memang sedikit telat dalam proses evakuasinya. Tetapi saya lebih menyayangkan tentang pandangan orang-orang yang bermukim disekitaran perairan tersebut, yang menganggap paus terdampar itu adalah berkah ramadhan yang datang. Karena mungkin pendapatan masyarakat disana naik drastis karena kehadiran dari paus tersebut, mereka dapat menjadikan paus tersebut sebagai sarana wisata bagi orang-orang yang ingin melihat lebih dekat paus tersebut.

Jelas saya kesal, sewaktu saya membaca sebuah artikel yang ditulis oleh salah satu portal berita online Jakarta, yang menyebutkan bahwa masyarakat dapat mencoba menaiki paus yang sedang terdampar tersebut. Hey, dimanakah akal dan logika anda-anda sekalian, paus tersebut mungkin sedang berusaha untuk keluar dari posisinya yang sedang terdampar, anda-anda malah menambah beban hidup paus tersebut. Sungguh sesuatu yang diluar akal pikiran saya saat itu. Bahkan ada juga berita yang menyebutkan bahwa masyarakat pesisir pantai tersebut tidak memperbolehkan tim evakuasi untuk mencoba menyelamatkan biota laut yang cantik tersebut. Alhasil, setelah 4 atau 5 hari terdampar, barulah tim rescue dapat mengevakuasi paus tersebut menuju perairan yang lebih dalam. Yah, meski paus tersebut akhirnya ditemukan terdampar lagi diperairan tidak jauh dari sana, tetapi dalam kondisi yang sudah menjadi bangkai.

Masyarakat pesisir pantai Muara Gembong, Bekasi bahkan sempat berfikiran untuk mengkonsumsi daging ikan paus tersebut. JAAN menyayangkan permintaan warga sekitar lokasi untuk memotong bangkai paus untuk dikonsumsi. Paus tersebut sebenarnya dilindungi oleh UU No 5/1990 tentang sumber daya alam dan konservasi. Saya sih lebih ingin paus tersebut dapat ditenggelamkan ke dasar laut atau digunakan untuk keperluan penelitian ilmu pengetahuan. Karena memang biota - biota laut terutama paus kebanyakan sudah diambang kepunahan. 

sekian ~
ps:

Saya percaya kalau semua paus akan kembali menuju surga pada akhirnya. Marilah kita gunakan akal sehat kita untuk menjaga kelangsungan biota-biota laut di dunia. Kita semua tidak ingin paus-paus tersebut hanya akan menjadi kisah yang kita ceritakan pada anak cucu kita. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar